Tuesday, August 5, 2008

Bagaimana Menemukan Emas

Emas tidak pernah turun dari langit berupa bongkahan yang jatuh di pekarangan rumah. Peristiwa itu memang tidak perlu ditunggu. Kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan tidak hanya dicapai dengan menemukan emas. Segala sesuatu yang ditekuni dengan sepenuh daya, perhatian, ketekunan, segenap jiwa raga dapat menjadi sehebat emas, bahkan lebih.

Terdapat sebuah sapu lidi yang hanya terususun atas lima lidi. Sapu ini jelas tak sebanding dengan emas, bahkan untuk disebut sapu juga tidak. Tapi coba kita simak bagaimana sapu itu dibuat. Tiap lidi sapu itu diambil dari kota-kota di seluruh dunia yang membentuk bintang lima. Selama perjalanan, sang pembuat tidak boleh membawa uang sepeserpun. Sekilas dapat kita bayangkan proses pencarian lidi itu. Namun dapat dibayangkan pula, apa yang didapat setelah proses itu.

Dari sapu yang hanya lima lidi itu, karya novel terlahir. Sang petualang kini menjadi terkenal di penjuru negeri. Selama perjalanan, sang petualang mengalami berbagai peristiwa,diantaranya dia menemukan ladang emas. Dia buat sebuah museum, di ruang utama dia letakkan sapu lidi itu. Pembaca novel sapu lidi ramai berkunjung. Sebaliknya, orang yang berkunjung ingin membeli novel itu. Dia telah memiliki sesuatu yang lebih besar dari emas, yaitu proses itu sendiri.

Sapu lidi bukanlah obyek yang hebat, ajaib, aneh, atau langka. Di pasar-pasar banyak terpampang sapu lidi. Sesungguhnya bukanlah obyek yang hebat, tapi PROSES. Obyek ada dimana-mana, tidak perlu menunggu turun dari langit. Banyak hal yang bisa dikerjakan, menyulam, menyapu, berjalan, dsb..dsb. Semua itu dapat menjadi hebat.Yang perlu kita tanyakan bukanlah, apa yang kita miliki tapi bagaimana proses yang kita lakukan? Ataukah kita hanya bermimpi dan mengagung-agungkankan hasil, sehingga kita juga akan bermimpi memiliki sapu lidi ? Jika demikian coba kita beli sapu lidi di pasar kemudian berharap menjadi bahagia.

Sapu lidi adalah milik sang petualang. Kita memiliki obyek-obyek kita sendiri, yang berbeda dengan orang lain. Tetapi, semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi hebat, tergantung dari nilai proses yang kita kerjakan. Proseslah penentunya. Sebagai contoh, kualitas pejabat nepotisme pasti berbeda dengan pejapat yang berjuang dari bawah. Dan saya sakin, sang petualang tak kan mau menukar seonggok sapu lidi itu meski dengan sekarung emas.

Gemerlap hasil yang dicapai orang sering mengecohkan kita dari beratnya y proses yang dijalani . Hasil adalah fatamorgana. Proseslah yang nyata. Makin hebat prosesnya, makin hebat nilainya, terlepas dari obyek apapun itu. Maka tak perlu berkecil hati terhadap sekecil apapun yang kita miliki sebab proses dapat membuat segala sesuatu menjadi jalan emas. Proses memberikan pelajaran dan makna bagi manusia tentang kehidupan. Sebaliknya, dengan pola pikir hanya menginginkan hasil, koruptor-koruptor tega mengambil uang rakyat. Para politikus dan birokrat berani berbuat curang. Orientasi hasil menjauhkan kita dari nurani.

Alam semesta ini tercipta demi adanya proses. Jika hanya untuk hasil, buat apa harus dimulai dari, katakanlah, big bang. Sudah saja dibuat langsung jadi, hasil ahirnya saja. Tapi tidak demikian, sebab hasil ahir alam semesta itu memang tidak perlu. Memangnya alam semesta ini buat apa?Untuk siapa?Apa gunanya? Maka dari itu, proses itu sendirilah yang sesungguhnya menjadi tujuan penciptaan. Seperti halnya, apakah tujuan pembuatan film adalah menampilkan gambar ahir film yang bertuliskan - TAMAT-?

1 komentar:

manusama said...

seperti cerita sang bocah di alkemis..salam hangat, dari sang pertualang hehe